RI Bakal Impor Minyak dari Rusia karena Diskon, Energy Watch: Wacana Bagus, tapi…
Jakarta -Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menanggapi adanya wacana Indonesia impor minyak dari Rusia karena harga 30 persen lebih murah dari pasar internasional.
“Saya kira wacana ini bagus ya jika bener harga bisa diskon sampai 30 persen dari harga internasional,” ujar dia saat dihubungi pada Senin, 22 Agustus 2022.
Menurut dia hal itu pasti akan membantu beban keuangan negara dan PT Pertamina (Persero) sehingga harga bahan bakar minyak atau BBM bisa menjadi lebih terjangkau.
Hanya saja, Mamit memberikan beberapa catatan jika wacana itu benar-benar dilakukan.
Pertama, dia melanjutkan, bagaimana kesiapan kilang Pertamina dalam merefinery minyak dari Rusia.
Apakah spek minyaknya sesuai dengan spek kilang Pertamina.
Kedua, bagaimana dengan ancamana embagro dari Amerika Serikat dan sekutunya.
“Apakah pemerintah siap untuk itu hal tersebut.
Bisakah pemerintah menghadapi semuanya.
Jadi saya kira wacana ini sulit untuk dilakukan karena banyak yang harus di persiapkan,” tutur Mamit.
Sebelumnya, wacana tersebut muncul dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno.
Dia mengatakan bahwa perang Rusia dan Ukraina akan belangsung lama karena itu menguntungkan.
Rusia, kata dia, setiap harinya di tengah harga minyak global naik, saat ini menjual dengan harga di bawah pasar, keuntungannya US$ 6 miliar per hari.
“Cost of war kira-kira berapa? USS 1 miliar, jadi Rusia untung setiap hari berapa? US$ 5 miliar,” ujar dia dalam video yang diunggah melalui akun Instagram pribadinya pada 20 Agustus 2022.
Melihat itu, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu melanjutkan, Indonesia harus pintar.
Dan Rusia juga menawarkan minyak tersebut di Indonesia dengan harga 30 persen lebih murah dari harga minyak di pasar internasional.
Salah satub negara yang sudah melakukannya adalah India.
“Kalau buat teman-teman CEO master mind ambil enggak? Ambil, Pak Presiden Joko Widodo alias Jokowi juga mikirnya sama.
Ambil,” katanya.
Namun, Sandiaga berujar, ada yang tidak setuju, karena nanti khawatir di-embargo oleh Amerika Serikat.
“Ya biarin saja kalau di embargo paling kita enggak bisa makan McDonlad.
Makan Baba Rafi-lah,” tutur dia.
Ia mengatakan terkadang apa yang terlihat itu sangat berbeda dari berbagai perspektif dari segi geopolitik dan ekonomi makro.
Namun, memang tantangannya karena ‘Barat’ ini mengontrol teknologi dan payment, setiap pengiriman US$ harus melewati New York.
“Kenapa kita takut enggak ngambil minyak Rusia karena takut swift-nya dimatikan, kalau swift dimatiin kita enggak bisa ngirim ke US$.
Kalau Rusia enggak usah takut pakai Ruble saja, convert Rupiah ke Ruble,” ucap Sandiaga.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.